Showing posts with label indonesia. Show all posts
Showing posts with label indonesia. Show all posts

Sunday, July 8, 2018

Pemandangan Agung dari Temanggung

Liburan lebaran kemarin cukup spesial buat saya, ini 2 alasannya:
1. Pemerintah memberikan tambahan libur lebaran dan kantor saya pun mengikuti jadwal libur Pemerintah. Dalam 2 tahun terakhir, mungkin libur lebaran kemarin membuat saya dapat mengunjungi rumah dalam waktu yang cukup lama yakni 11 hari (termasuk waktu perjalanan).
2. Saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu spot wisata alam di kampung halaman "si mas" (pacar), yakni di Temanggung. 

Kala itu adalah kali pertama saya mengunjungi Temanggung. Ternyata, Temanggung adalah kota yang memiliki pemandangan menarik, disana mata kita dimanjakan oleh 2 gunung sekaligus yakni Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, selain itu juga ada gunung-gunung lainnya yang saya tidak tahu apa namanya. Bahkan dari teras rumah si mas saya juga disuguhi pemandangan gunung secara langsung.

Kami berangkat dari rumah si mas sekitar pukul 2 siang menuju tempat wisata yang saat itu saya tidak tahu namanya karena yah...ngikut ajakan mama si mas aja. Bagi saya tak penting nama wisatanya dan saya juga lebih suka mendapat surprise jika pergi ke suatu tempat asing sekaligus meminimalisasi ekspektasi.
Perjalanan kesana memakan waktu sekitar 30 menit. Sepanjang perjalanan rasanya sangat menyegarkan melihat pemandangan alam tanpa adanya gedung-gedung pencakar langit yang biasa saya lihat sehari-hari, daerahnya juga sejuk sekali hingga kami membuka jendela mobil agar dapat menghirup udara yang segar, perjalanan kami mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudra, bersama teman bertualang.....
maaf, itu lirik lagu Ninja Hatori. Tetapi memang perjalanan kami mirip-mirip dengan lirik lagu kartun generasi 90-an setiap hari Minggu itu, minus bagian mendaki dan lembah, sungai, samudra....eh itu sih udah nggak mirip semua ya?
Intinya kami menuju lokasi menggunakan mobil dengan rute yang menanjak nan berliku, lebar jalan yang sempit dengan jurang di sisi kiri kami, dan lebar jalan yang hanya bisa dilalui oleh 1 mobil, sudah tentu saya deg-degan sepanjang perjalanan. Tetapi alhamdulilah meskipun kami sempat berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan tapi si mas masih dapat mengendalikan posisi mobil. 

Setelah perjalanan yang cukup berliku, terlihat dari kejauhan sebuah lapangan kosong dengan beberapa juru parkir. Pasti ini dia tempatnya...
Setelah kami turun dari mobil masih tak terlihat penampakan pemandangannya. Usut punya usut, ternyata kami masih harus berjalan naik sekitar 100 meter menuju lokasi. Jalanlah kami menuju lokasi...
Setelah sampai lokasi, pertama-tama kami disambut dengan gerbang yang menunjukkan nama tempat wisata ini, di atasnya terlihat nama lokasi tempat ini yang terbuat dari susunan huruf dari kayu bertuliskan "Watu Angkrik" di puncak gerbang. Selain itu, gerbang juga dilengkapi dengan patung tokoh wayang raksasa setinggi manusia dewasa yang terbuat dari kayu masing-masing satu di sisi kanan dan kiri. Dari gerbang tersebut sekitar jarak 10 meter kami melihat semacam tower sebagai spot untuk melihat pemandangan dari puncak tertinggi, tinggi tower tersebut kira-kira 5 meter dan terbuat dari bambu.
Beberapa langkah setelah tower terdapat 2 bagian deck yang disusun untuk melihat pemandangan dari tepi tebing yang tidak semua orang berani ke sana sebab deck tersebut benar-benar berada di pinggir tebing dan hanya terbuat dari susunan bambu, nyali saya ciut seketika sehingga cukup menikmat pemandangan dari tempat yang "aman" saja. Di tempat tersebut juga disediakan beberapa gazebo untuk duduk-duduk santai sambil menikmati pemandangan dan spot foto lainnya.

Pemandangan di Watu Angkrik literally breathtaking. Di sana kami disuguhi pemandangan bukit yang masih belum terjamah oleh kabel-kabel listrik dan hunian manusia. Cahaya matahari yang menyinari beberapa bagian bukit pun menambah sensasi tersendiri yang tak dapat kita nikmati di sudut kota metropolitan.
Setelah melihat pemandangan, saya mencoba menyusul si mas naik ke tower untuk melihat pemandangan dari tempat yang lebih tinggi lagi. Krik..krik..krik...begitu bunyi tower bambu setiap saya menjejakkan kaki pada tiap anak tangga. Ada rasa takut yang menyelimuti kalau-kalau tower ini ambruk tiba-tiba, tapi saya tetap memberanikan diri untuk naik karena didorong oleh rasa penasaran, tidak mau rugi karena telah jauh-jauh ke sana, dan yah....kalau saya jatuh paling tidak saya tidak sendirian. Akhirnya setelah menaiki 3 tingkatan, saya tiba di puncak tower. Angin dingin semilir langsung menampar wajah saya. Oh, dan setiap kaki melangkah atau ada angin kencang berhembus, tower bambu tersebut bergoyang ke kanan, kiri, maju, muncur tergantung derap langkah kaki dan arah angin berhembus. Sempat saya histeris takut, namun si mas menenangkan sambil berkata "tenang, ini towernya sudah dibangun dengan perhitungan rumus fisika", yang tidak membuat saya merasa tenang tapi tertawa karena perkataan ngasalnya, tak lama kemudian kata-katanya disanggah oleh adik si mas "boro-boro rumus fisika, ini paling yang bikin juga tukang...yang belum tentu lulus SD". Makin histeris lah saya, kali ini bukan histeris takut tetapi tertawa histeris. Tentu kami tidak bermaksud merendahkan profesi tukang, mereka tentu punya lebih banyak ilmu dan skill soal bangun-membangun relationship daripada kita orang awam.
Kami menghabiskan sekitar 15 menit di atas tower menikmati pemandangan alam yang sangat menyegarkan mata dan pikiran.
Karena hari beranjak sore, kami akhirnya memutuskan untuk pulang sekitar pukul setengah lima. 

Tempat wisata ini meskipun memiliki pemandangan yang menakjubkan namun masih dikelola secara sederhana dan dengan tiket masuk yang murah meriah, padahal pemandangan yang dimiliki sama bagusnya seperti tempat-tempat wisata alam di Bandung, mungkin memang target marketnya adalah orang lokal (warga Temanggung dan sekitarnya) or simply belum menjadi fokus komersial or they just wanted to do it that way...which sebenarnya adalah hal yang bagus karena semua orang berhak untuk menikmati pemandangan alam dengan harga terjangkau.
Kalau ada pembaca (macam ada yang baca blog ini saja), yang sedang berkunjung ke Temanggung atau melewati Temanggung dan punya waktu luang, saya sarankan untuk mampir ke Watu Angkrik. Dijamin, sejuknya udara dan indahnya pemandangan dapat melepaskan penat kita.





ini kami berdua sedang di tower bambu yang mudah goyang-goyang (taken candidly by si mas's dad)

Tuesday, October 20, 2015

Museum Hopping


top: ZARA
trouser: Accent

I'm so glad that we have national museum in Jakarta which has good maintenance and regular exhibition. The white-black photo was an artwork display made of needles to create the portrait of powerful people. 
Mr. Pram is my fave.

Sunday, May 31, 2015

Kemiskinan di Sekitar Kita dan Balita yang Tak Bersalah


Sore itu nampak seperti sore yang seperti biasanya. Bus Trans Semarang berwarna merah melaju menghampiri shelter tempat saya menunggu. Setelah masuk dan mendapatkan tempat duduk saya merebahkan diri karena lelah. Terkadang saya bepergian menggunakan Trans Semarang, kebetulan sore itu adalah perjalanan pulang dari kampus ke rumah.

Bus nampak tak padat. Kursi di seberang tempat saya duduk ditempati oleh 3 wanita, dua di antaranya mbak-mbak berusia sekitar 20-an dan 30-an dan satu ibu-ibu berusia lebih dari 40 tahun. Mereka semua berpakaian serupa, maaf, kaos dan celana pendek yang terlihat kumal. Mereka mengenakan sandal jepit dan memiliki rambut yang awut-awutan kasar karena sering terpapar sinar matahari. Dua wanita termuda masing-masing memangku balita laki-laki yang kira-kira usianya tak lebih dari 3 tahun. Tak jauh dari penampilan wanita-wanita itu, kedua balita tersebut juga memakai pakaian yang sangat lusuh dan tak terawat.  

Bukan, bukan soal penampilan yang saya ingin bahas. Adalah kejadian selanjutnya yang ingin saya ceritakan disini, kejadian yang membuat hati saya bergejolak prihatin.

Wednesday, October 22, 2014

Sam Po Kong: Peninggalan Budaya Cina di Kota Semarang


Kadang-kadang kita merasa terbiasa dengan apa yang ada di sekitar kita sehingga hal tersebut menjadi tidak terasa spesial atau menarik. 

22 tahun tinggal di Semarang saya baru menginjakkan kaki ke Sam Po Kong dua kali. Yang pertama saat saya balita, sudah lupa kapan tepatnya, saya cuma bisa mengingat tante saya yang saat itu masih remaja mengajak saya dan kakak mampir ke Sam Po Kong yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah kakek dan nenek. 

Saturday, April 5, 2014

Kenapa tinggal di Korea Selatan itu enak?


Tulisan ini berisi pandangan saya selama tinggal di Korea Selatan. Kenyamanan public service dan kultur masyarakat yang saya rasakan selama di Korea sering membuat saya mendambakan Indonesia untuk segera berubah menuju yang lebih baik. Mari satu persatu saya utarakan alasan-alasan tersebut:

Sunday, September 22, 2013

"apa yang tidak kamu suka dari Indonesia?"

Saat itu adalah hari Chuseok, hari libur nasional orang Korea. Karena hari libur nasional otomatis restoran asrama kampusku tutup karena semua juru masak sedang libur, sehingga kami para mahasiswa international diberi kupon makan gratis di restoran di samping kampus sebagai kompensasi. 
Sambil menunggu pesananku datang aku berbincang-bincang dengan teman semejaku, salah satunya teman Indonesia, beberapa menit kemudian datang seorang pramuniaga cantik mengantarkan pesanan ke meja kami. Tiba-tiba dia bertanya apakah aku orang Indonesia. Setelah mengetahui bahwa diriku orang Indonesia, dia langsung menyatakan bahwa dirinya pernah tinggal di Jakarta.
Aku histeris.
Dia histeris.
Perasaan bahagia langsung menghampiriku. 
Ini adalah pertama kalinya aku menjumpai orang korea yang bisa berbahasa Indonesia selama 3 minggu pertama tinggal disini.
Saat itu belum juga kusentuh makananku, aku dan dia larut dalam pembicaraan yang sangat exciting, tentunya dalam bahasa Indonesia.
Dia cantik, berambut panjang, kulitnya putih dan penampilannya sangat muda dan trendi layaknya remaja-remaja di Seoul.
Karena aku merasa tidak enak terlibat pembicaraan yang cukup lama dengan posisi yang tidak cukup nyaman, akhirnya aku menyatakan pada dia untuk melanjutkan pembicaraan setelah aku makan, toh saat itu dia juga harus membantu keluarganya (yang merupakan pemilik restoran tempat aku makan) membereskan meja-meja restoran.
Setelah aku selesai makan, kupanggil dia dan larutlah kami dalam pembicaraan yang semakin dalam, tentang bagaimana dia bisa bahasa Indonesia, sedang belajar di universitas mana, dll.
Dia bernama Sooji dan berusia 22th. Mengetahui dia lama tinggal di Indonesia, kutanyakan padanya apa yang paling dia tidak suka dari Indonesia.
aku mengira jawabannya mungkin di antara panasnya Indonesia, macetnya Jakarta, atau banjir.
Tapi jawaban dia adalah….betapa tidak nyamannya ketika dia sedang berjalan-jalan lalu tiba-tiba ada lelaki yang bersiul-siul atau memanggil dirinya. Dia bahkan bilang begini: “banjir itu nggak papa, tapi kalo aku lagi jalan itu lho, dipanggi-panggil. huh apa kamu manggi-manggil!” dengan aksen dan bahasa Indonesia yang agak lucu.
Aku sangat menyadari hal ini. Disini, aku pulang larut malam pun tak ada lelaki iseng menggoda dengan bersiul dan sebagainya. Sangat jauh berbeda ketika berada di Indonesia yang bahkan sudah berpakaian sopan dan tertutup pun masih saja digoda.
Di Korea Selatan, hal tersebut dianggap kurang ajar dan merupakan pelecehan seksual. Sang pria bisa saja dilaporkan ke polisi.
Penting bagi kita untuk merasa aman dan nyaman dimanapun kita berada terlebih lagi di negara sendiri.
Bukan bermaksud membandingkan, namun apa yang dikatakan Sooji sebenarnya cukup simpel tapi sangat masuk akal. Masalah kenyamanan ketika kita hidup di dalam sebuah society amatlah penting. Bagaimana kita bisa betah apabila berjalan di tempat yang ramai saja kita tidak merasa aman dan nyaman, apalagi jika berjalan di tempat atau jalan yang sepi. 
Dan orang-orang Indonesia khususnya laki-laki harus paham betul bagaimana mereka memperlakukan orang lain, bagaimana mereka menghargai kita sebagai perempuan, sebagai human being, sebagai pejalan kaki, dan tau bagaimana mereka menghindari melakukan sesuatu yang ternyata dapat membuat kaum hawa malu dan merasa dilecehkan. Namun sepertinya bersiul-siul atau menggoda perempuan yang sedang lewat merupakan hal yang “wajar” di Indonesia.
Bukan bermaksud seksis, tapi bukankah lelaki diharuskan melindungi kaum perempuan? bukannya membuat kita merasa takut dan tidak nyaman.

Wednesday, August 28, 2013

Indonesia Susah Bersih?


image


Cerita ini berawal ketika saya mengunjungi sebuah rumah sakit pemerintah, yakni RSUP Kariadi di Semarang. Pagi itu sekitar pukul 09.00 saya sedang menemani ayah yang melakukan medical check up, saya duduk di ruang tunggu…karena lapar, mampirlah saya ke sebuah toko roti, setelah makan roti dan minum-minum, panggilan alam pun tiba.. saya segera mencari toilet terdekat di ruang tunggu.
Begitu pintu toilet saya buka, aroma tak sedap pun tercium di sekitar ruangan tersebut. Toilet tersebut secara desain cukup modern, , dilengkapi dengan dua bilik dan satu wastafel. Yang membuat tidak nyaman adalah aroma tak sedapnya. Saya segera masuk ke dalam bilik sebelah kanan, setelah bisnis kelar, saya perhatikan setiap detail bilik toilet tersebut. Lantai yang baru dan mengkilat, tisu toilet, tempat sampah…semuanya tampak normal dan rapi. Namun ada satu hal yang cukup mengganggu penglihatan saya, yakni di pojok lantai terdapat semacam cairan riak, saya pikir itu adalah bekas ludah seseorang. Cukup mengherankan, kenapa dia tidak meludah di toilet saja? Kenapa harus mengotori lantai yang seharusnya bersih mengkilat bebas dari air? Toh ada flush dan semprotan toilet. Melihat pemandangan yang menjijikkan, segera saya siram ludah tersebut menggunakan semprotan.
Keluar dari bilik, saya segera mencuci tangan…di samping wastafel terdapat instruksi cara mencuci tangan yang benar, ketika saya sedang mencuci tangan sambil mengikuti instruksi tersebut, masuklah ibu-ibu petugas kebersihan.
Beliau masuk dengan muka masam, sambil memanggil saya dan menunjukkan sesuatu di toilet bilik sebelah kiri…beliau seperti mengungkapkan kekesalannya:
Ibu petugas kebersihan: “liat nih mba, jorok sekali” sambil tangannya menunjuk sebuah pembalut bekas pakai wanita yang dibuang begitu saja di lantai di bawah toilet duduk. Saya syok. Ngeri. Jijik. Heran betapa joroknya wanita yang membuang pembalutnya begitu saja di tempat yang tidak tepat.
Ibu petugas kebersihan: “setiap hari saya menemukan seperti ini. Capek tau gak mbak. Mereka ini tidak punya perasaan sama orang-orang yang bersih-bersih. Toilet sudah gratis tapi masih sembarangan aja kalo make. Saya dari pagi belum makan mba, saya bolak-balik bersihkan lorong terus ini.”
Saya mendengarkan.
Ibu petugas kebersihan: “saya ini gaji sehari cuma 30.000, atasan suka marah kalo toilet nggak bersih, dia galak sekali. Tapi orang-orang pada nggak tau jaga kebersihan. Masa saya harus liat kaya gini terus. Mau berhenti kerja juga saya nggak ngapa-ngapain di rumah. Liat kaya gini saya kan jadi nggak berselera makan to mbak”
Saya merespon ibu tersebut dengan memberikan simpati. Terlihat sekali raut mukanya yang marah bercampur lelah.
Hati saya marah. Marah terhadap orang-orang Indonesia yang nggak bisa menjaga kebersihan di tempat umum. Apanya sih yang kurang? Toilet bagus, bersih, bangunan baru, ada tempat sampahnya juga di tiap bilik. Kenapa masih ada aja yang nggak menjaga kebersihan?
Apa karena cuma mampir sekali lalu masa bodoh dengan pengguna toilet lainnya?
Andai kata orang-orang tersebut menjumpai kondisi serupa, apakah mereka nyaman melihat dan mencium aromanya?
Yang harusnya lebih dipikirkan lagi, bagaimana perasaan petugas kebersihan yang harus membersihkan kotoran-kotoran tersebut setiap hari? Kotoran yang seharusnya kita bersihkan sendiri.
Ya kita tau mereka dibayar untuk bekerja, tapi tau sendiri kan ternyata gaji mereka sehari berapa? Bahkan mungkin habis hanya untuk makan sehari dan biaya transportasi.
Apa sih susahnya membuang kotoran di tempat yang seharusnya?
Saya suka sebal melihat tingkah orang-orang jorok di fasilitas umum.
Bagaimana bisa hidup dengan gaya hidup seperti itu?
Disamping tidak sehat, tentunya juga mengganggu secara estetika.
Yuk kita sama-sama menjaga kebersihan fasilitas publik Mungkin tempat itu dipakai seribu orang dalam sehari, tapi kalau seribu orang tersebut tidak menjaga kebersihan, dalam sehari pastilah fasilitas public terganggu kebersihannya, begitu pula sebaliknya, jika seribu orang yang menggunakan fasilitas publik sama-sama menjaga kebersihan, pasti semua senang memakainya karena nyaman. Saya nggak mau lah ya ceramah di blog ini harus ini itu, paling enggak kita jadi tau dari perspektif seorang petugas kebersihan yang pekerjaannya berkaitan dengan “bisnis” banyak orang, yang mungkin sering kita lupakan atau bahkan tak kita pedulikan?