Thursday, November 7, 2013

Road to Ulsan & Busan (opening story)

Hari itu saya akan pergi ke Ulsan dan Busan untuk menghadiri trip bersama team KTO Wow Korea. Transportasi yang bisa saya pilih yakni menggunakan bus atau kereta namun harus transfer sekali ke Dongdaegu. Karena meeting pointnya berada di stasiun Ulsan, dan terminal bus Ulsan cukup jauh dari Stasiun Ulsan, maka diputuskanlah untuk naik kereta saja. Saat itu pun sebenarnya saya masih dalam minggu ujian tengah semester, tapi saya mengajukan permohonan kepada 선생님 untuk melakukan early exam, dan sehari sebelumnya saya harus menjalani 3 ujian sekaligus dalam sehari. Jadi ini sebenarnya travelling yang mengganggu kuliah atau kuliah yang menganggu travelling? :p

Perjalanan menuju Ulsan dimulai dengan menaiki kereta Mugunghwa dari Stasiun Gangneung menuju Dongdaegu, lalu dari Dongdaegu menuju Ulsan dengan menggunakan KTX. Perjalanan menggunakan Mugunghwa memakan waktu 6 jam.  Kereta berangkat pukul 5 sore. Kereta Mugungwa termasuk kereta tua, sehingga jalannya pun tidak cepat, namun sisi positifnya adalah saya bisa menikmati indahnya pemandangan selama sore itu, karena Gangneung dikelilingi oleh pegunungan, maka jalur kereta pun harus memutari pegunungan itu untuk sampai ke tempat tujuan. 



Penampakan kereta Mugunghwa di Stasiun Gangneung ^_^ 

Pemandangan pantai yang indah tak henti-hentinya memanjakan mata saya. Di dalam kereta, saya bertemu dengan gerombolan ahjumma dan ahjussi. Mereka sangat baik, mereka selalu menawari berbagai snack, buah, dan minuman selama perjalanan. Padahal roommate saya yang merupakan orang korea berpesan supaya hati-hati ketika bertemu orang asing yang memberi makanan. Tapi gimana ya mau nolak juga takut nggak sopan, dan ada faktor aji mumpung juga sih :p
Tiba di Stasiun Dongdaegu, saya langsung menunggu kereta KTX menuju Ulsan. Karena stasiunnya cukup besar dan tidak banyak petunjuk yang membantu  menemukan kereta yang saya maksud, tanpa malu-malu saya pun menghampiri seorang perempuan dan seorang laki-laki yang sepertinya umurnya tidak jauh dari umur saya, mereka stylish dan si lelaki pun mirip Sehun member boyband EXO, dia memakai jaket, topi, backpack…#salahfokus .. oke balik lagi, mereka duduk bersebelahan dan seperti sedang menunggu kereta juga, perempuan itu terlihat seperti orang timur tengah jadi saya berkesimpulan bahwa dia bisa bahasa inggris (sotoy akut). Setelah menanyakan kereta yang saya maksud (dan dia bisa bahasa inggris, yeay!) ternyata dia juga akan menaiki kereta yang sama. 


Stasiun Dongdaegu yang lengang, TKP dimana saya kehilangan arah…

Tiket transit yang sebelumnya langsung saya beli dari Stasiun Gangneung

Akhirnya bersama-sama dengan gadis dubai dan pemuda (yang ternyata orang cina) itu, kami menuju ke lantai bawah untuk menaiki KTX. Sebuah kereta yang terlihat lebih canggih daripada kereta Mugunghwa yang sebelumnya saya naiki berjalan cepat menuju arah kami menunggu. Dengan semangat 45 saya menaiki gerbong 13.


kereta cepat KTX ^^

Seperti yang tertera dalam tiket tersebut saya segera mencari seat 12C, namun ternyata kursi tersebut sudah ada yang menduduki. Saya bingung. Sebenarnya saya ingin bertanya apakah seat mereka memang disitu. Namun saya cukup lelah dan agak takut untuk bertanya karena bahasa korea saya belum lancar. Akhirnya saya pasrah dan duduk di kursi depan mereka. Hingga sekitar 20 menit kemudian, datang seorang petugas yang memeriksa tiket si perempuan dubai dan pemuda cina (kami duduk berjauhan). Melihat mereka bicara serius, feeling saya mendadak nggak enak, saya rasa kereta yang kami naiki ini salah. Pada perhentian berikutnya, kami pun turun, dan usut punya usut bahwa memang kereta yang kami naiki salah. Bagaimana bisa begitu? Padahal gerbong yang kami naiki betul gerbong 13. Ternyata kereta yang kami naiki itu lebih cepat 5 menit dari kereta yang seharusnya. Seharusnya kami naik kereta pukul 11.00. Disiplin waktu di Korea memang nggak main-main. Akhirnya kami memutuskan untuk naik taksi ke Ulsan, karena anak dubai dan cina itu merupakan exchange student di Ulsan National University, akhirnya kami menuju ke Ulsan University menggunakan taksi yang memakan waktu 1 jam, dan tarifnya kalau di rupiahkan hampir mencapai 1 juta rupiah #blah
Kami sampai di Ulsan University sekitar pukul 1.30, saat itu udara sangat dingin dan saya cuma memakai leather jacket, 너무 바보야!
Saya segera menanyakan kepada dua mahasiswa tersebut apakah ada McDonalds di sekitar kampus, mereka kemudian menunjukkan jalan menuju McDonalds, setelah berjalan sekitar 8 menit, akhirnya segera saya masuki McDonalds tersebut. Tujuan utamanya bukan karena lapar sih, karena saya ingin mencari tempat untuk berlindung dari udara dingin. Akhirnya saya memesan kopi dan french fries. Cukup takut juga mengingat saya berada di kota antah berantah tanpa kenalan, meskipun saya pergi bersama teman Indonesia, tapi kami sama-sama tidak lancar bicara bahasa korea. Saat itu kota sudah sangat sepi, di McDonalds pun hanya segelintir orang yang menurut saya adalah mahasiswa Ulsan National University. Tidak perlu tau lah berapa lama saya menunggu di McDonalds hanya untuk menunggu jadwal kumpul dengan rombongan Wow Korea esok harinya :p

Sunday, September 22, 2013

"apa yang tidak kamu suka dari Indonesia?"

Saat itu adalah hari Chuseok, hari libur nasional orang Korea. Karena hari libur nasional otomatis restoran asrama kampusku tutup karena semua juru masak sedang libur, sehingga kami para mahasiswa international diberi kupon makan gratis di restoran di samping kampus sebagai kompensasi. 
Sambil menunggu pesananku datang aku berbincang-bincang dengan teman semejaku, salah satunya teman Indonesia, beberapa menit kemudian datang seorang pramuniaga cantik mengantarkan pesanan ke meja kami. Tiba-tiba dia bertanya apakah aku orang Indonesia. Setelah mengetahui bahwa diriku orang Indonesia, dia langsung menyatakan bahwa dirinya pernah tinggal di Jakarta.
Aku histeris.
Dia histeris.
Perasaan bahagia langsung menghampiriku. 
Ini adalah pertama kalinya aku menjumpai orang korea yang bisa berbahasa Indonesia selama 3 minggu pertama tinggal disini.
Saat itu belum juga kusentuh makananku, aku dan dia larut dalam pembicaraan yang sangat exciting, tentunya dalam bahasa Indonesia.
Dia cantik, berambut panjang, kulitnya putih dan penampilannya sangat muda dan trendi layaknya remaja-remaja di Seoul.
Karena aku merasa tidak enak terlibat pembicaraan yang cukup lama dengan posisi yang tidak cukup nyaman, akhirnya aku menyatakan pada dia untuk melanjutkan pembicaraan setelah aku makan, toh saat itu dia juga harus membantu keluarganya (yang merupakan pemilik restoran tempat aku makan) membereskan meja-meja restoran.
Setelah aku selesai makan, kupanggil dia dan larutlah kami dalam pembicaraan yang semakin dalam, tentang bagaimana dia bisa bahasa Indonesia, sedang belajar di universitas mana, dll.
Dia bernama Sooji dan berusia 22th. Mengetahui dia lama tinggal di Indonesia, kutanyakan padanya apa yang paling dia tidak suka dari Indonesia.
aku mengira jawabannya mungkin di antara panasnya Indonesia, macetnya Jakarta, atau banjir.
Tapi jawaban dia adalah….betapa tidak nyamannya ketika dia sedang berjalan-jalan lalu tiba-tiba ada lelaki yang bersiul-siul atau memanggil dirinya. Dia bahkan bilang begini: “banjir itu nggak papa, tapi kalo aku lagi jalan itu lho, dipanggi-panggil. huh apa kamu manggi-manggil!” dengan aksen dan bahasa Indonesia yang agak lucu.
Aku sangat menyadari hal ini. Disini, aku pulang larut malam pun tak ada lelaki iseng menggoda dengan bersiul dan sebagainya. Sangat jauh berbeda ketika berada di Indonesia yang bahkan sudah berpakaian sopan dan tertutup pun masih saja digoda.
Di Korea Selatan, hal tersebut dianggap kurang ajar dan merupakan pelecehan seksual. Sang pria bisa saja dilaporkan ke polisi.
Penting bagi kita untuk merasa aman dan nyaman dimanapun kita berada terlebih lagi di negara sendiri.
Bukan bermaksud membandingkan, namun apa yang dikatakan Sooji sebenarnya cukup simpel tapi sangat masuk akal. Masalah kenyamanan ketika kita hidup di dalam sebuah society amatlah penting. Bagaimana kita bisa betah apabila berjalan di tempat yang ramai saja kita tidak merasa aman dan nyaman, apalagi jika berjalan di tempat atau jalan yang sepi. 
Dan orang-orang Indonesia khususnya laki-laki harus paham betul bagaimana mereka memperlakukan orang lain, bagaimana mereka menghargai kita sebagai perempuan, sebagai human being, sebagai pejalan kaki, dan tau bagaimana mereka menghindari melakukan sesuatu yang ternyata dapat membuat kaum hawa malu dan merasa dilecehkan. Namun sepertinya bersiul-siul atau menggoda perempuan yang sedang lewat merupakan hal yang “wajar” di Indonesia.
Bukan bermaksud seksis, tapi bukankah lelaki diharuskan melindungi kaum perempuan? bukannya membuat kita merasa takut dan tidak nyaman.

Monday, September 16, 2013

From Kreyo to Korea (part2-end)

1 September.

Pagi ini pesawat yang aku naiki akhirnya mendarat di Incheon airport. Dengan membawa tas ransel seberat 4kg dan tangan kanan menenteng tas seberat 6kg, perasaan haru bercampur tidak percaya bahwa aku telah menginjakkan kaki di Korea Selatan masih menyelimuti hatiku. Aku kemudian menaiki kereta yang akan membawa semua penumpang ke sisi lain Incheon airport. Kemudian setelah urusan imigrasi selesai, aku pun menanti pihak universitas yang akan menjemputku sambil men-charger ponsel di tempat khusus yang disediakan di dalam airport tersebut.
Setelah menunggu agak lama, akhirnya seorang pria asia yang tubuhnya menjulang tinggi menghampiri dan menanyakan apakah diriku Mariska. Akhirnya kuketahui bahwa dia dan beberapa staff lain memang bertugas untuk menjemputku dan mahasiswa dari negara lain. Setelah itu kami bersama-sama menuju bus universitas yang diparkir di pintu keluar, dia membantuku mendorong troli koper sambil kami berbincang-bincang sedikit. Kemudian setelah sampai di depan bus, aku pun memasukkan koper dan barang-barangku, lalu naik ke dalam bus dan kutemukan beberapa mahasiswa negara lain yang telah duduk disana. Sambil menunggu bus berjalan, tiba-tiba perhatianku beralih ke sisi kanan karena mendengar suara kegaduhan di pintu keluar airport, suara hentakan kaki-kaki yang sedang berlari, nampak gerombolan remaja muda sambil membawa kamera digital mereka mengejar sosok yang tidak kukenal, aku berasumsi bahwa sosok yang dikejar itu adalah artis yang sayangnya aku tidak sempat melihat siapa, setelah sang artis memasuki mobilnya, para remaja itu pun membubarkan diri sambil meminta maaf kepada orang-orang disekitar mereka yang mungkin sempat mereka tabrak secara tidak sengaja demi mengejar sang idola.
Perjalanan dari Incheon menuju kota yang akan kutinggali memakan waktu sekitar 3 jam. Di Incheon aku melewati jembatan yang cukup panjang di atas perairan luas dimana terdapat beberapa kapal sedang mengapung dan kulihat semacam pertambangan di tengah perairan tersebut. Pemandangan akan gedung-gedung bertingkat dan kawasan industri selama berada di wilayah Incheon membuatku kagum, sambil sesekali kubaca nama-nama perusahaan yang tertampang besar di bangunan-bangunan bertingkat itu.
Sekitar pukul 16.39, aku tidak tahu saat ini berada di ketinggian berapa karena tiba-tiba saja bus ini telah membawaku ke daerah pegunungan meskipun beberapa jam sebelumnya tidak kurasakan bahwa jalanan yang dilewati cukup menanjak, tapi ini sangat indah. Hanya beberapa meter saja mungkin, kulihat dengan jelas dan dekat adanya kabut yang menyelimuti puncak pegunungan di depanku, pegunungan yang hijau dirimbuni pohon-pohon pinus. Jalan menuju kota tujuanku adalah dengan berkali-kali memasuki terowongan-terowongan yang berada di dalam pegunungan ini.
Kemudian di kanan jalan aku melihat papan penanda bahwa kota tujuanku tinggal 5km lagi diikuti dengan menurunnya jalan tersebut sehingga bisa kulihat dengan jelas pemandangan di depan. Sungguh luar biasa, pemandangan yang indah, keindahan pantainya beserta gedung-gedung bertingkat dan landscape kota yang menandakan adanya kehidupan masyarakat di kota itu. Sungguh tidak percaya, baru saja aku melewati pegunungan lalu dalam hitungan menit berikutnya disuguhi pemandangan pantai yang indah di kota ini.
Beberapa menit kemudian, bus telah membawaku masuk ke lingkungan universitas. Berhenti di depan gedung bertingkat 7 yang merupakan asrama sekaligus hotel, tibalah aku disini.
:)

Friday, August 30, 2013

From Kreyo to Korea (part1)

Tidak ada lagi pintu kamar perempuan yang digedor-gedor oleh teman-teman lelaki kami yang membangunkan untuk solat subuh .
Tidak ada lagi kami solat berjamaah di mushola dengan kecepatan doa yang luar biasa kilat.
Tidak ada lagi kami berbonceng-boncengan turun ke alun-alun kota batang untuk menjual takjil di sore hari pada bulan puasa.
Tidak ada lagi makan bersama di meja makan.
Tidak ada lagi kami, para perempuan, lari terbirit-birit masuk ke kamar, melewati gerombolan teman-teman lelaki yang sedang berkumpul di depan tv, sambil membawa jemuran pakaian dalam kami yang telah kering.
Tidak ada lagi main UNO hingga pukul 2 pagi.
Tidak ada lagi curhat-curhatan di tengah permainan UNO.
Tidak ada lagi kami membonceng teman-teman lelaki sambil melewati kuburan di jalan menuju desa tanpa lampu yang kondisinya telah rusak.
Tidak ada lagi rutinitas melewati persawahan dengan jalan berkelok-kelok tanpa lampu.
Tidak ada lagi anak-anak TK yang berteriak “K K NNN!!” ketika kami lewat di sekitar desa.
Tidak ada lagi kami pergi ke pasar membeli kebutuhan untuk program kami.
Tidak ada lagi kami ke alfamart untuk sekedar membeli makanan ringan atau kebutuhan-kebutuhan yang kurang.
Tidak ada lagi teman lelaki yang kerap mengetuk pintu kamar perempuan hanya untuk meminjam sisir setelah dia mandi.
Tidak ada lagi kami jalan-jalan ke pekalongan di malam hari untuk sekedar menikmati kopi/coklat di pinggir jalan.
Tidak ada lagi kami makan kerupuk singkong dan roti gapit buatan warga desa.
Tidak ada lagi teman-teman lelaki yang minta dipijat.
Tidak ada lagi candaan teman-teman lelaki kepada teman-teman perempuan.
Tidak ada lagi tangis yang pecah akibat keusilan teman-teman lelaki.
Tidak ada lagi kami minum teh di pagi hari.
Rutinitas selama 35 hari tersebut, tiba-tiba hilang.
Rutinitas yang telah kita jalani bersama.
Hari ini, kita kembali menjalani aktivitas harian yang biasa kita lakukan sebelum kita dipertemukan bersepuluh.
Ini bukan perpisahan, tidak ada silaturahmi yang terputus.
Ini adalah permulaan, sebuah keluarga baru.
Berakhirnya masa kerja KKN kita tidak berarti berakhir pula persahabatan kita.
Kalian telah memberi warna kehidupan yang baru.
Aku bangga pada kekompakan team kita.
Munculnya konflik tidak meretakkan kekuatan team kita.
Terima kasih atas hari-hari yang telah kita lalui bersama.
Pengalaman ini takkan mungkin aku lupakan.
Kalian semua hebat.
Sekali lagi, terima kasih kawan.

Bogor, 30 Agustus 2013

image

image

image

image
image

Wednesday, August 28, 2013

Indonesia Susah Bersih?


image


Cerita ini berawal ketika saya mengunjungi sebuah rumah sakit pemerintah, yakni RSUP Kariadi di Semarang. Pagi itu sekitar pukul 09.00 saya sedang menemani ayah yang melakukan medical check up, saya duduk di ruang tunggu…karena lapar, mampirlah saya ke sebuah toko roti, setelah makan roti dan minum-minum, panggilan alam pun tiba.. saya segera mencari toilet terdekat di ruang tunggu.
Begitu pintu toilet saya buka, aroma tak sedap pun tercium di sekitar ruangan tersebut. Toilet tersebut secara desain cukup modern, , dilengkapi dengan dua bilik dan satu wastafel. Yang membuat tidak nyaman adalah aroma tak sedapnya. Saya segera masuk ke dalam bilik sebelah kanan, setelah bisnis kelar, saya perhatikan setiap detail bilik toilet tersebut. Lantai yang baru dan mengkilat, tisu toilet, tempat sampah…semuanya tampak normal dan rapi. Namun ada satu hal yang cukup mengganggu penglihatan saya, yakni di pojok lantai terdapat semacam cairan riak, saya pikir itu adalah bekas ludah seseorang. Cukup mengherankan, kenapa dia tidak meludah di toilet saja? Kenapa harus mengotori lantai yang seharusnya bersih mengkilat bebas dari air? Toh ada flush dan semprotan toilet. Melihat pemandangan yang menjijikkan, segera saya siram ludah tersebut menggunakan semprotan.
Keluar dari bilik, saya segera mencuci tangan…di samping wastafel terdapat instruksi cara mencuci tangan yang benar, ketika saya sedang mencuci tangan sambil mengikuti instruksi tersebut, masuklah ibu-ibu petugas kebersihan.
Beliau masuk dengan muka masam, sambil memanggil saya dan menunjukkan sesuatu di toilet bilik sebelah kiri…beliau seperti mengungkapkan kekesalannya:
Ibu petugas kebersihan: “liat nih mba, jorok sekali” sambil tangannya menunjuk sebuah pembalut bekas pakai wanita yang dibuang begitu saja di lantai di bawah toilet duduk. Saya syok. Ngeri. Jijik. Heran betapa joroknya wanita yang membuang pembalutnya begitu saja di tempat yang tidak tepat.
Ibu petugas kebersihan: “setiap hari saya menemukan seperti ini. Capek tau gak mbak. Mereka ini tidak punya perasaan sama orang-orang yang bersih-bersih. Toilet sudah gratis tapi masih sembarangan aja kalo make. Saya dari pagi belum makan mba, saya bolak-balik bersihkan lorong terus ini.”
Saya mendengarkan.
Ibu petugas kebersihan: “saya ini gaji sehari cuma 30.000, atasan suka marah kalo toilet nggak bersih, dia galak sekali. Tapi orang-orang pada nggak tau jaga kebersihan. Masa saya harus liat kaya gini terus. Mau berhenti kerja juga saya nggak ngapa-ngapain di rumah. Liat kaya gini saya kan jadi nggak berselera makan to mbak”
Saya merespon ibu tersebut dengan memberikan simpati. Terlihat sekali raut mukanya yang marah bercampur lelah.
Hati saya marah. Marah terhadap orang-orang Indonesia yang nggak bisa menjaga kebersihan di tempat umum. Apanya sih yang kurang? Toilet bagus, bersih, bangunan baru, ada tempat sampahnya juga di tiap bilik. Kenapa masih ada aja yang nggak menjaga kebersihan?
Apa karena cuma mampir sekali lalu masa bodoh dengan pengguna toilet lainnya?
Andai kata orang-orang tersebut menjumpai kondisi serupa, apakah mereka nyaman melihat dan mencium aromanya?
Yang harusnya lebih dipikirkan lagi, bagaimana perasaan petugas kebersihan yang harus membersihkan kotoran-kotoran tersebut setiap hari? Kotoran yang seharusnya kita bersihkan sendiri.
Ya kita tau mereka dibayar untuk bekerja, tapi tau sendiri kan ternyata gaji mereka sehari berapa? Bahkan mungkin habis hanya untuk makan sehari dan biaya transportasi.
Apa sih susahnya membuang kotoran di tempat yang seharusnya?
Saya suka sebal melihat tingkah orang-orang jorok di fasilitas umum.
Bagaimana bisa hidup dengan gaya hidup seperti itu?
Disamping tidak sehat, tentunya juga mengganggu secara estetika.
Yuk kita sama-sama menjaga kebersihan fasilitas publik Mungkin tempat itu dipakai seribu orang dalam sehari, tapi kalau seribu orang tersebut tidak menjaga kebersihan, dalam sehari pastilah fasilitas public terganggu kebersihannya, begitu pula sebaliknya, jika seribu orang yang menggunakan fasilitas publik sama-sama menjaga kebersihan, pasti semua senang memakainya karena nyaman. Saya nggak mau lah ya ceramah di blog ini harus ini itu, paling enggak kita jadi tau dari perspektif seorang petugas kebersihan yang pekerjaannya berkaitan dengan “bisnis” banyak orang, yang mungkin sering kita lupakan atau bahkan tak kita pedulikan?

Tuesday, June 4, 2013

L's Bravo Viewtiful

Horeeee…akhirnya L’s Bravo Viewtiful saya sudah sampai ^^


image
image
jadi, L’s Bravo Viewtiful adalah photobook yang dirilis oleh L alias Myungsoo, member boyband INFINITE.
hobi photografinya menghasilkan karya photo essay ini (ah tapi pasti Woollim ikut turun tangan untuk meng-KOMERSIL-kan hobi foto-foto L, yaaa kan Woollim selalu mencari celah bagaimana caranya untuk menguras kantong fans INFINITE), btw he’s the first idol who release his own photobook. as a fan, I’m kinda proud of him.
Selain dapet photobook itu sendiri, jika membeli photobook ini maka akan mendapatkan:
1. poster (males ambil fotonya gede banget)
2. DVD 
image
3. Sebuah notepad dan 7 lembar photocard
image
Di dalam photobook ini, ada beberapa foto yang L ambil selama 93 hari, tidak hanya foto semata, namun L juga menuliskan sendiri komentar-komentar tentang masing-masing foto serta tanggal diambilnya foto tersebut. hehehe, banyak foto Sungjong di photobook ini :3
image
Baiklah L, tetap berkarya ya, saya tahu skill fotografi kamu bagus kamera kamu mahal banget makanya hasil fotonya bagus bagus.

semoga kalo rilis photobook lagi nggak mahal harganya T_T

Saturday, June 1, 2013

about me




"It's not about following in someone else's footsteps or trying to be someone you are not. It's about unleashing your best version of yourself." - Bruce Lee


Welcome to my blog...



My name is Mariska...




When I was in elementary school I was really fancy of pretty diary, therefore I bought it in hope to write anything, mostly about experience which-I-thought-was-cool-enough-until-I-read-it-few-years-later-and-realize-it-was-completely-crappy. There were like dozens of diaries that I bought but none of them were filled completely until the last page with my handwritings, and then I realized that I'm not a diary person. 



I think I should thank to technology when everything is getting easier. Now I don't have to spend 2-3 dollars for a cute diary because I can style my own digital diary in any way I want, write on it whenever I want, not to mention that typing using keyboard is quicker and easier than writing by hand, so I will not have any guilt of throwing empty diary in vain. 

All in all, real life is much more important than cyberlife, this blog is just the place to  express my thoughts, my journey, and keep the memories that I've got in my real life.



feel free to ask or leave a note ^^



Happy reading...

 ✌(◕‿-)✌